
SANIA – Santai
Ditengah persaingan keras dunia rekaman, satu lagi hadir penyanyi pendatang baru Wanita. Jelita yang menjual kekuatan lagu, sensualitas vokal dan image “kekentalan R&B”. Membuat demo rekaman di London, album perdananya digarap oleh ‘Guest Music’. Vocalis gres itu bernama SANIA.
Lagu dan Image Penampilan
Pilihan terhadap musik rhythem & blues (R&B) untuk SANIA, diawali dari kegemaran penyanyi ini pada black music, “Demo rekaman saya di London, basicnya memang pada black music. Lagunya digarap oleh Philip, pemain keyboard dan komposernya Eternal. Demo lagu inilah yang diterima Guest Music sebagai referensi rekaman perdana saya di Indonesia.” Kata SANIA. Pernyataan ini dibenarkan oleh Yudis Dwikorana, Produser rekaman SANIA.
“Guest Music tak hanya mendengar demo rekamannya, tapi juga bio data penampilan keseharian SANIA sebagai calon performer musik R&B di Indonesia berada pada segmen menengah atas yang dihuni oleh pembeli album rekaman yang kritis dan kualitas rekamannya harus bersaing dengan album Barat. Karena itulah, SANIA harus total menyumbangkan image yang kuat sebagai penampil musik-musik R&B dan black music umumnya, tak hanya lewat teknik bernyanyinya, tapi juga style busananya yang sensual tapi tetap feminim, atraktif dan enak dipandang.
Untuk stock lagu, Guest Music tak punya masalah. Perusahaan rekaman ini punya sekelompok pekerja seni yang memberi image penggarap musik-musik ‘black’ sejak tahun 1988 lewat rekaman Guest Band, kemudian berlanjut dengan memproduksi album Iwa K, Melly Manuhutu, Pesta Rap, Zen dan sejumlah rekaman lain yang sedang dirancang. Penggarap ‘musik hitam’ itu adalah Yudis, Nti, Tori, didukung pula oleh musisi dan pencipta lagu lainnya seperti Yunus, Erik, Adoy, Ferry, Kiki, Ramon, Ndru dan belakangan, Andi Atis – musisi Indonesia yang pernah menetap di Amerika – ikut mendukung Guest Music, lebih spesifik lagi sebagai sebagai superfisi penulisan lagu berteks Inggris.
Lewat SANIA, image black music itu sangat kental, bahkan kian kaya warna, dengan pengaruh-pengaruh warna hip-hop, soul, ballad, fungky yang di sana-sini diberi suara latar para rapper. Pada lagu ‘Santai’ (Yudis / Erik / Adoy), warna R&B-nya sangat kuat, dengan model nyanyi stacatto (patah-patah) dengan memasang suara latar rapper Adoy. Diaransir oleh Yudis, ‘Santai’ dipilih sebagai ‘lagu jagoan’ yang video clipnya digarap oleh Richard Buntaryo dari ‘BDI’.
Lagu ‘Menanti’ (Tori / Yunus / Adoy), ada corak funk, juga dengan unsur rap. Hal yang sama terdengar pada lagu ‘Masih Ada Waktu’ (Nti / Yunus). Pada ‘Satu Dalam Cinta’ (Yunus), SANIA menampilkan teknik menyanyi yang bagus, baik pada improvisasi maupun artikulasinya yang jelas. Tapi, warna R&B yang sangat kental justru bisa dinikmati pada nomor-nomor lagu berteks Inggris, ‘Ain’t Gonna Waste My Time’ (Yudis / Ndru), ‘This Roses For You’ (Andi Atis) dan ‘Stay’ (Yudis / Kiki). Menurut SANIA, melafalkan lagu-lagu dalam bahasa Inggris untuk black music, memang terasa lebih mudah, dibanding bahasa Indonesia yang pilihan kalimatnya ‘panjang-panjang’. Ia merasakannya sewaktu membuat demo lagu teks Inggris di London, awal 1998 ini.
Berawal Dari Rock
Totalitas SANIA menerjuni ‘musik hitam’ memang tak tanggung-tanggung. Ia harus merubah imagenya dari lady-rocker menjadi vokalis R&B. Tiga tahun yang lalu, anak muda Bandung masih mengenal SANIA yang penggemar Lenny Kravitz ini sebagai bagian dari farmasi Ladies Angel. Khabarnya, kelompok rockers cewek ini pernah membuat rekaman, “Tapi jiwa saya sejak awal ada di black music. Lenny Kravitz itu juga rocker, tapi style nyanyinya black banget,” pendapat SANIA tentang musikus yang jadi inspiratornya. SANIA juga menggemari Eryka Badu, Lauryn Hill dan Mary Blige. Rambutnya yang ‘dikelabang’, mengambil style penampilan Brandy atau Stevie Wonder.
“Saya hanya mengambil spirit bernyanyi mereka. Saya harus menemukan identitas sendiri, baik dari style bernyanyi maupun penampilan panggung dan sehari-hari sebagai R&B Diva,” janji SANIA. Tahun lalu, sewaktu memutuskan berangkat ke London, awalnya SANIA ingin memperdalam masalah ‘performance art’, tetapi ia lebih dulu mengambil pelajaran bahasa Inggris di ‘David Game Collage of London’. Krisis moneter mengantar SANIA pulang kembali ke Indonesia, setelah berhasil menggarap demo rekaman di London bersama Philip-Eternal.
Di Jakarta SANIA masih harus menghadapi audisi (test) vocal untuk rencana rekamannya di ‘Guest Music’. Yudis menyodorkan lagu baru, “Test vocal untuk mencari identitas seorang penyanyi memang lebih pas untuk lagu baru. Ia yang harus mengolah lagu itu, hingga soul-nya benar-benar dapet,” ujar Yudis.
Yang menarik adalah album SANIA ini mengetengahkan 12 (baca : selusin) lagu. Kecuali judul diatas tadi, ada lagu-lagu yang pantas disimak seperti ‘Satu Dalam Cintaku’, ‘Khayal’, ‘Jangan Malu-Malu’, ‘Sesal’, ‘Semua Orang Kan Berubah’ dan lagu dengan back-up musik rap, berjudul ‘GR’ (Gede Rasa). Ditulis oleh Nti, Erik dan Ferry. Aransemen digarap Nti. Liriknya unik, lucu, sangat ‘anak muda’. Lagu-lagu album SANIA ini juga menampilkan backing vocal Lucia Palupi dan Feni, aransemen vokal oleh I.M Nat, dengan musisi / player : Yunus dan Fanny (bass), Nico (piano), sementara Adoy, Erik sebagai rapper serta Ferry dan Ramon turut meramaikan sebagai backing rap.
SITI TUTI SUSILAWATI SUTISNA alias SANIA, lahir di Bandung 29 Desember. Waktu masih SMP, pernah mengikuti Kompetisi Vokal di Bandung, tapi hanya lolos sampai babak final. Ia lantas terjun secara profesional sebagai penyanyi pada ‘usia SMA’. Jaman tahun 90-an awal, kebetulan di Bandung sedang trend penampilan lady rocker. SANIA berada di tengah haru-biru musik gegap gempita itu. Range vokalnya yang lebar, teknik pernafasan serta artikulasinya yang bagus, merupakan angka yang penting untuk SANIA mengembangkan wawasan di jenis musik lain. Pilihannya jatuh pada black music, dengan spesifikasi utama pada musik R&B. Ada tantangannya karena dapat melakukan improvisasi dalam arti seluas-luasnya.
Album perdana dengan rancang grafis garapan Arieasona (Perancang Grafis Terbaik ‘Anugrah Musik Indonesia 1997’) / Xmasada, juga menampilan foto-foto artistik untuk publikasi media cetak bidikan Taufik Dasaad. Tim kerja lainnya yang pantas dicatat adalah, peran sound engineer Danny Lisapaly (Penata Musik Terbaik ‘Anugrah Musik Indonesia 1998’), dengan mastering dilakukan oleh Tori Sudarsono dan Andi Ayunir dengan eksekutif produser Tori Sudarsono.